Para pembaca, semoga lindungan Allah
subhanahu wa ta’ala
senantiasa bersama kita, di antara akidah Islam yang wajib diyakini oleh
setiap muslim dan muslimah adalah adanya hari akhir. Sangat banyak
ayat-ayat Al-Qur`an dan hadits-hadits shahih yang menjelaskannya. Tak
heran, bila iman kepada hari akhir itu berposisi sebagai rukun iman yang
kelima.
Di hari akhir, umat manusia akan hidup kekal abadi. Sedangkan tempat
kembali mereka dalam kehidupan tersebut hanya dua; surga (al-Jannah) dan
neraka (an-Nar). Keduanya adalah ciptaan Allah, dan keduanya sudah ada.
Ayah kita Nabi Adam dan ibu Hawa’ pada mulanya tinggal di surga itu,
kemudian Allah
subhanahu wa ta’ala turunkan ke muka bumi ini
karena pelanggaran yang diperbuat oleh keduanya, dan akhirnya semua
telah mendapatkan ampunan dari-Nya. Sebagaimana disebutkan dalam
beberapa ayat dari surah al-Baqarah. Demikian pula pada peristiwa
al-isra’ wal mi’raj, Allah
subhanahu wa ta’ala perlihatkan kepada Rasulullah
shallallaahu ‘alihi wa sallam
surga, neraka, dan beberapa kejadian di surga maupun di neraka.
Sebagaimana yang tertera dalam hadits-hadits yang shahih. Ini semua
sebagai bukti kuat bahwa surga dan neraka itu benar-benar adalah ciptaan
Allah
subhanahu wa ta’ala dan sudah ada.
Surga, Allah
subhanahu wa ta’ala siapkan untuk orang-orang yang bertakwa. Sedangkan neraka, Allah
subhanahu wa ta’ala
siapkan untuk orang-orang kafir dan para pelaku kemaksiatan. Itulah
tempat tinggal yang hakiki. Adapun kehidupan dunia yang sedang kita
jalani ini, hakikatnya adalah persinggahan sementara. Siapapun yang
hidup padanya pasti akan meninggalkannya.
Jaminan dan Kepastian
Para pembaca, semoga rahmat Allah
subhanahu wa ta’ala
senantiasa bersama kita, di antara akidah Islam yang wajib diyakini oleh
setiap muslim dan muslimah, bahwa janji surga dari Allah
subhanahu wa ta’ala adalah suatu kepastian. Demikian pula ancaman neraka adalah suatu kepastian. Dan, janji Allah
subhanahu wa ta’ala pasti terlaksana. Sehingga, ketika nama seseorang disebutkan secara khusus di dalam Al-Qur`an atau Sunnah Rasulullah
shallallaahu ‘alihi wa sallam
sebagai penghuni surga atau neraka maka kelak di akhirat pasti
mendapatkan apa yang telah dijanjikan itu. Maka wajib bagi kita untuk
meyakininya.
Adapun yang namanya tidak disebutkan secara khusus di dalam Al-Qur`an atau Sunnah Rasulullah
shallallaahu ‘alihi wa sallam
sebagai penghuni surga atau neraka, maka kita tidak boleh memastikannya
sebagai penghuni surga atau neraka. Sikap kita adalah berharap untuk
orang yang shalih lagi bertakwa semoga menjadi penghuni surga dan
khawatir terhadap pelaku kemaksiatan menjadi penghuni neraka.
Mungkin di antara pembaca ada yang bertanya, apakah ada orang-orang
yang disebutkan namanya di dalam Al-Qur`an atau Sunnah Rasulullah
shallallaahu ‘alihi wa sallam
sebagai penghuni surga atau neraka? Jawabannya adalah ada. Siapakah
mereka itu? Untuk lebih jelasnya simaklah pembahasan berikut ini.
Para pembaca, semoga hidayah Allah
subhanahu wa ta’ala
senantiasa bersama kita, ketahuilah bahwa di antara hamba-hamba Allah
yang bertakwa ada yang telah mendapatkan jaminan dan kepastian sebagai
penghuni surga dalam keadaan mereka masih berjalan di muka bumi ini.
Demikian pula di antara hamba-hamba Allah
subhanahu wa ta’ala
ada yang mendapat vonis berat berupa ancaman yang pasti sebagai penghuni
neraka, dalam keadaan masih hidup di muka bumi ini. Hal itu karena
kekafirannya yang sungguh telah melampaui batas.
Para Pemetik Janji Surga
Rasulullah
shallallaahu ‘alihi wa sallam dalam beberapa
haditsnya telah menyebutkan nama-nama orang yang dipastikan akan masuk
surga saat mereka masih berjalan di muka bumi ini. Di antara orang-orang
tersebut adalah:
1. Sepuluh orang sahabat Nabi
shallallaahu ‘alihi wa sallam yang dikenal dengan sebutan
al-’Asyarah al- Mubassyaruna bil Jannah (10 orang yang mendapat kabar gembira pemetik janji surga). Mereka itu adalah:
- Abu Bakar ash-Shiddiq
radhiyallaahu ‘anhu
- ‘Umar bin al-Khaththab al-Faruq
radhiyallaahu ‘anhu
- ‘Utsman bin ‘Affan
radhiyallaahu ‘anhu
- Ali bin Abi Thalib
radhiyallaahu ‘anhu
- Thalhah bin ‘Ubaidillah
radhiyallaahu ‘anhu
- Az-Zubair bin al-’Awwam
radhiyallaahu ‘anhu
- ‘Abdurrahman bin ‘Auf
radhiyallaahu ‘anhu
- Sa’ad bin Abi Waqqash
radhiyallaahu ‘anhu
- Sa’id bin Zaid
radhiyallaahu ‘anhu
- Abu ‘Ubaidah bin al-Jarrah
radhiyallaahu ‘anhu
Tentang mereka, Rasulullah shallallaahu ‘alihi wa sallam bersabda, “Abu
Bakar di surga, Umar di surga, Utsman di surga, Ali di surga, Thalhah
di surga, az-Zubair di surga, Abdurrahman bin Auf di surga, Sa’ad bin
Abi Waqqash di surga, Sa’id bin Zaid di surga dan Abu Ubaidah bin
al-Jarrah di surga.” HR. Abu Dawud, at-Tirmidzi, dan yang lainnya.
2. Khadijah bintu Khuwailid
radhiyallaahu ‘anha, istri pertama Rasulullah
shallallaahu ‘alihi wa sallam dan salah satu ibunda kaum mukminin.
Sahabat Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu pernah bercerita, “Pada
suatu hari ketika Rasulullah sedang berada di gua Hira, datanglah
Malaikat Jibril kepada beliau seraya berkata, “Wahai Rasulullah,
Khadijah akan datang menemuimu dengan membawa tempat yang berisi makanan
dan minuman. Maka jika dia telah datang, sampaikanlah salam kepadanya
dari Rabb-nya dan dariku, serta kabarkan kepadanya bahwa baginya sebuah
rumah di surga yang terbuat dari mutiara yang tidak ada kegaduhan dan
kepayahan di dalamnya.” HR. al-Bukhari dan Muslim
Rasulullah shallallaahu ‘alihi wa sallam bersabda, “Pemuka para wanita surga setelah Maryam bintu Imran adalah Fatimah, Khadijah dan Asiyah istri Firaun.” HR. ath-Thabarani
3. Sahabat Sa’ad bin Mu’adz al-Anshari
radhiyallaahu ‘anhu
Beliau adalah seorang sahabat Nabi
shallallaahu ‘alihi wa sallam yang memiliki banyak keutamaan. Di antaranya adalah sebagaimana disabdakan Rasulullah
shallallaahu ‘alihi wa sallam,
“Al-’Arsy bergetar karena wafatnya Sa’ad bin Muadz.” HR. al-Bukhari dan
Muslim
Dan beliau juga termasuk orang yang mendapat jaminan al-Jannah. Sahabat Anas bin Malik radhiyallaahu ‘anhu pernah bercerita, “Rasulullah
pernah diberi hadiah berupa jubah yang terbuat dari sutra, sementara
Rasulullah melarang untuk menggunakan sutra. Ketika para sahabat melihat
jubah tersebut mereka merasa takjub dengan keindahannya. Maka kemudian
Rasulullah bersabda, “Demi Dzat yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya,
sesungguhnya sapu tangan Sa’ad bin Muadz di surga lebih baik dan lebih
indah dibandingkan jubah ini.” HR. al-Bukhari dan Muslim
4. Sahabat Bilal bin Rabah
radhiyallaahu ‘anhu
Beliau adalah salah seorang muadzin Rasulullah
shallallaahu ‘alihi wa sallam. Keimanan yang kokoh kepada Allah
subhanahu wa ta’ala
telah mengantarkan dan mengangkat martabatnya menjadi orang mulia,
bahkan menjadi salah seorang pemetik janji surga yang abadi dan penuh
dengan kenikmatan, padahal beliau berasal dari kalangan hamba sahaya.
Sahabat Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu bercerita, “Di
pagi hari setelah shalat shubuh, Rasulullah bertanya kepada Bilal,
“Wahai bilal, kabarkan kepadaku suatu amalan mulia yang kau amalkan
dalam Islam, sungguh aku mendengar suara kedua sandalmu di surga.” Bilal
kemudian berkata, “Aku tidaklah beramal dengan suatu amalan yang sangat
bisa diharapkan. Akan tetapi, tidaklah aku berthaharah (berwudhu)
melainkan setelah itu aku iringi dengan shalat 2 rakaat dari apa yang
telah ditetapkan bagiku.” HR. al-Bukhari dan Muslim
5. Kedua putra sahabat Ali bin Abi Thalib, Hasan dan Husain
radhiyallaahu ‘anhum
Keduanya adalah cucu kesayangan Rasulullah
shallallaahu ‘alihi wa sallam dari putri beliau, Fatimah
radhiyallaahu ‘anha. Mereka termasuk pemetik janji surga saat masih berjalan di muka bumi ini.
Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya Hasan dan Husain adalah dua raihan (rahmat, rezki, kesayangan) ku di dunia.” HR. al-Bukhari
Rasulullah shallallaahu ‘alihi wa sallam juga bersabda,“Hasan dan Husain, keduanya adalah pemuka para pemuda surga.” HR. at-Tirmidzi
6. Sahabat Tsabit bin Qais al-Anshari
radhiyallaahu ‘anhu
Beliau adalah salah seorang ahli pidato kaum Anshar yang lantang
suaranya. Dikisahkan, ketika turun ayat ke-2 dari surah al-Hujurat, yang
artinya,
“Wahai orang-orang yang beriman janganlah kalian keraskan
suara kalian di atas suara Nabi dan jangan kalian bersuara keras
terhadap Nabi sebagaimana kerasnya suara sebagian kalian kepada sebagian
yang lain supaya tidak gugur amal kalian sedangkan kalian tidak
menyadarinya.”
Timbul rasa bersalah dalam diri beliau, karena termasuk orang yang bersuara keras di hadapan Rasulullah
shallallaahu ‘alihi wa sallam.
Beliau khawatir termasuk orang yang diancam dalam ayat tersebut.
Akhirnya beliau pun berdiam diri di rumahnya beberapa waktu lamanya.
Ketidakhadirannya dalam majlis-majlis ilmu akhirnya tercium oleh
Rasulullah
shallallaahu ‘alihi wa sallam. Beliau bertanya kepada sahabat yang lain tentang keadaan Tsabit
radhiyallaahu ‘anhu.
Para sahabat pun menyampaikan bahwa sebab ketidakhadirannya itu karena
turunnya ayat ke-2 dari surah al-Hujurat tersebut. Setelah mendengar
penjelasan para sahabat tentang sebab ketidakhadiran Tsabit tersebut,
maka beliau berkata kepada salah seorang sahabat yang ada ketika itu,
“Pergilah
kepada Tsabit dan kabarkan kepadanya bahwa engkau bukan dari penduduk
neraka, akan tetapi justru termasuk dari penduduk surga.” HR. al-Bukhari dan Muslim
Beberapa Orang yang Pasti Masuk Neraka
Di antara orang-orang yang mendapatkan ancaman dan kepastian sebagai penghuni neraka tersebut adalah:
1. Abu Lahab, namanya adalah Abdul ‘Uzza bin Abdul Muththalib yang merupakan paman Rasulullah
shallallaahu ‘alihi wa sallam. Demikian pula istri dari Abu Lahab, Ummu Jamil Arwa bintu Harb bin Umayyah yang merupakan saudari kandung sahabat Abu Sufyan
radhiyallaahu ‘anhu.
Suami-istri tersebut telah diancam dan dipastikan sebagai penguni
neraka dengan azabnya yang sangat dahsyat, dalam keadaan keduanya masih
berjalan di muka bumi. Hal itu karena besarnya makar dan gangguan mereka
terhadap Rasulullah
shallallaahu ‘alihi wa sallam dan kaum muslimin. Allah
subhanahu wa ta’ala tegaskan ancaman dan kepastian neraka itu dalam surah al-Masad.
2. Abu Thalib, namanya adalah Abdu Manaf bin Abdul Muththalib yang juga paman Rasulullah
shallallaahu ‘alihi wa sallam.
Rasulullah shallallaahu ‘alihi wa sallam bersabda, “Penduduk
neraka yang paling ringan azabnya adalah Abu Thalib, dimana dia
mengenakan kedua sandalnya (di atas bara api) yang kemudian mendidih
otaknya.” HR. Muslim
3. Amr bin Amir bin Luhai al-Khuza’i. Dia adalah orang pertama yang
membawa patung-patung dari negeri Syam ke Makkah yang kemudian
diletakkan di Ka’bah hingga akhirnya disembah oleh manusia. Rasulullah
shallallaahu ‘alihi wa sallam mengabarkan keadaan orang ini di neraka,
sebagaimana dalam sabda beliau, “Aku melihat Amr bin Amir al-Khuza’i menyeret ususnya di neraka.” HR. al-Bukhari dan Muslim
Para pembaca yang mulia, kita mengetahui bahwa tempat kembali di
akhirat hanya ada dua, surga dan neraka. Kita telah membaca sebagian
orang yang telah mendapat jaminan surga ataupun neraka. Adapun diri kita
belum ada kepastian ke mana kita akan kembali. Maka kita berharap dan
memohon kepada Allah
subhanahu wa ta’ala agar memasukkan kita semua dalam penghuni surga (al-Jannah). Tentu dengan upaya melaksanakan perintah-perintah Allah
subhanahu wa ta’ala dan menjauhi larangan-larangan-Nya.
Wallahu a’lamu bish shawab.
Penulis: Al-Ustadz ‘Abdullah Imam
hafizhahullah
Sumber : Buletin Al-Ilmu